BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perhatian islam dalam pembinaan akhlaq dapat dianalisis pada muatan akhlak yang
terdapat pada seluruh aspek ajaran islam. Ajaran islam tentang keimanan
misalnya sangat berkaitan erat dengan mengerjakan serangkaian amal shaleh dan
perbuatan terpuji. Iman yang tidak disertai dengan amal shaleh dinilai sebagai
iman yang palsu, bahkan dianggap sebagai kemunafikan. Dalam Al-Qur’an kita misalnya
membaca ayat berbunyi:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّقُوْلُ أَمَنَّا بِاللهِ وَ
بِالْيَوْمِ الْأَخِرِ وَمَاهُمْ بِمُعْمِنِيْنَ
Artinya:
Dan diantara manusia (orang munafik) itu ada orang yang mengatakan: “Kami
beriman kepada Allah dan hadir, sedang yang sebenarnya mereka bukan orang yang
beriman.” (QS.Al-Baqarah: 8-9)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu
ialah mereka yang beriman kepada Allah dan rasulNya, kemudian itu mereka tidak
ragu-ragu dan senantiasa berjuang dengan harta dan dirinya di jalan Allah.
Itulah orang-orang yang benar (imanNya). (QS.Al-Hujurat: 15)
Ayat-ayat diatas menunjukkan dengan jelas
bahwa iman yang dikehendaki islam bukan iman yang hanya sampai pada ucapan dan
keyakinan tetapi iman yang disertai dengan perbuatan dan akhlak yang mulia,
seperti tidak ragu-ragu menerima ajaran yang dibawa rasul, mau memanfaatkan
harta dan dirinya untuk berjuang di jalan Allah dan seterusnya. Ini menunjukkan
bahwa keimanan harus membuahkan akhlak, dan juga memperlihatkan bahwa islam
sangat mendambakan terwujudnya akhlak yang mulia.
Dalam mempelajari akhlak untuk menimbulkan
atau meningkatkan akhlak mulia maka memerlukan metode untuk penyampainya atau
pembimbingan nya karena suatu hal akan lebih akurat apabila dibarengi
dengantata caranya. Maka dari itu penulis mengangkat masalah metode pembinaan
akhlak dalam makalah ini.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud metode
pembinaan akhlak?
2.
Apa saja macam-macam metode
pembinaan akhlak?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui apa yang
dimaksud dengan metode pembinaan akhlak
2.
Mengetahui macam-macam
metode pembinaan akhlak
c
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Metode Pembinaan Akhlak
Pembinaan akhlak
merupakan tumpuan perhatian pertama dalam
Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW yang utama adalah menyempurnakan akhlak yang
mulia. Dalam salah satu hadistnya:
عَنْ ماَ لِكٍ عَنْ اَبْى هُرَ يْرَةَ رَضِى
الله عَنهُ اَنَّ رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال
بُعِثْتُ لِأُُ تَمِّمَ مَكَاِرمَ اْ لأَخْلاَقِ
(رواه احمد)
Dari Malik dan Abu Huraira r.a bahwasannya:
sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Aku di utus tiada lain untuk menyempurnakan akhlak yang baik (H.R. Ahmad).
Islam sangat menaruh
perhatian penting terhadap pembinaan jiwa akhlak, perhatian Islam terhadap jiwa
yang harus didahulukan dari pada pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik akan lahir perbuatan-perbuatan yang
baik yang selanjutnya menghasilkan kebajikan dan kebahagiaan pada seluruh
kehidupan manusia lahir dan batin
Perhatian Islam dalam
pembinaan akhlak dapat dianalisis pada muatan akhlak yang terdapat pada
seluruh aspek ajaran Islam. Pendidikan akhlak yang ditempuh Islam adalah
menggunakan cara atau sistem yang integrated, yaitu sistem yang menggunakan
berbagai sarana peribadatan dan lainnya
secara simultan untuk diarahkan pada
pembinaan akhlak.
Di antara manusia ada
yang mengatakan: "Kami beriman
kepada Allah dan hari kemudian," pada hal mereka itu Sesungguhnya
bukan orang-orang yang beriman.Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang
beriman, padahal mereka Hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Hari kemudian ialah: mulai dari waktu mahluk
dikumpulkan di padang mahsyar sampai waktu yang tak ada batasnya. Sesungguhnya orang-orang
yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan
Rasul-Nya, Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad)
dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang
benar.
Ayat – ayat diatas dengan jelas menunjukkan bahwa iman yang di kehendaki islam bukan iman yang hanya samapai pada ucapan dan keyakinan,tetapi iman yang disertai dengan perbuatan akhlak yang mulia.,seperti tidak ragu menerima ajaran rasul,mau memanfaatkan dirinya dan hartanya untuk berjuang dijalan Allah. Ini menunjukan bahwa keimana harus membuahkan akhlak yang mulia.
Ayat – ayat diatas dengan jelas menunjukkan bahwa iman yang di kehendaki islam bukan iman yang hanya samapai pada ucapan dan keyakinan,tetapi iman yang disertai dengan perbuatan akhlak yang mulia.,seperti tidak ragu menerima ajaran rasul,mau memanfaatkan dirinya dan hartanya untuk berjuang dijalan Allah. Ini menunjukan bahwa keimana harus membuahkan akhlak yang mulia.
B.
Macam-Macam Metode
Pembinaan Akhlak
1.
Metode Uswah (teladan)
Akhlak yang
baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, intruksi dan larangan, sebab
tabiat jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup hanya seorang guru
mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan itu. Menanamkan sopan santun
memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang lestari.
Pendidikan itu tidak akan sukses melainkan jika disertai dengan pemberian
contoh teladan yang baik dan nyata. Cara yang demikian itu telah dilakukan oleh
rasulallah saw. Keadaan ini dinyatakan dalam ayat yang berbunyi:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ
أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ
اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya: Sesungguhnya
pada diri Rasulullah terdapat contoh teladan yang baik bagi kamu sekalian,
yaitu bagi orang yang baik bagi kamu sekalian, yaitu bagi orang yang
mengharapkan keridhoan Allah dan (berjumpa dengannya di) hari kiamat dan selalu
banyak menyebut nama Allah. (QS.Al-Ahzab: 21)
Senada dengan hal itu,
Abdullah Nasih Ulwan berpendapat bahwa seorang pendidik barangkali akan merasa
mudah mengkomunikasikan pesannya secara lisan. Namun, anak akan merasa
kesulitan dalam memahami pesan yang disampaikannya.[5] Dengan demikian, keteladanan merupakan
faktor dominan dan berpengaruh bagi keberhasilan pendidikan dan metode
pendidikan yang paling membekas pada diri peserta didik.
Aplikasi metode teladan, diantaranya adalah, tidak
menjelek-jelekkan seseorang, menghormati orang lain, membantu orang yang
membutuhkan pertolongan, berpakaian yang sopan, tidak berbohong, tidak berjanji
mungkir, membersihkan lingkungan, dan lain-lain ; yang paling penting orang
yang diteladani, harus berusaha berprestasi dalam bidang tugasnya.
2.
Metode Ta’widiyah
(pembiasaan)
Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah biasa.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, biasa artinya lazim atau umum ; seperti sedia
kala ; sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Muhammad Mursyi dalam
bukunya “Seni Mendidik Anak”, menyampaikan nasehat Imam al-Ghazali : “Seorang
anak adalah amanah (titipan) bagi orang tuanya, hatinya sangat bersih bagaikan
mutiara, jika dibiasakan dan diajarkan sesuatu kebaikan, maka ia akan tumbuh
dewasa dengan tetap melakukan kebaikan tersebut, sehingga ia mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan akhirat” Dalam ilmu jiwa perkembangan, dikenal teori
konvergensi, dimana pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya, dengan
mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Salah satu cara yang dapat
dilakukan, untuk mengembangkan potensi dasar tersebut, adalah melalui kebiasaan
yang baik. Oleh karena itu, kebiasaan yang baik dapat menempa pribadi yang
berakhlak mulia. Aplikasi
metode pembiasaan tersebut, diantaranya adalah, terbiasa dalam keadaan
berwudhu’, terbiasa tidur tidak terlalu malam dan bangun tidak kesiangan,
terbiasa membaca al-Qur’ab dan Asma ul-husna shalat berjamaah di
masjid/mushalla, terbiasa berpuasa sekali sebulan, terbiasa makan dengan tangan
kanan dan lain-lain. Pembiasaan yang baik adalah metode yang ampuh
untuk meningkatkan akhlak peserta didik dan anak didik.
3.
Metode Mau’izhah (nasehat)
Kata mau’izhah berasal dari kata wa’zhu, yang berarti
nasehat yang terpuji, memotivasi untuk melaksanakannya dengan perkataan yang
lembut.
metode nasehat juga sangat dibutuhkan dalam pembinaan
akhlak. Dengan metode ini, seseorang dapat menanamkan pengaruh yang baik ke
dalam jiwa seseorang. Cara yang dimaksud ialah: Pertama, nasehat hendaknya
lahir dari hati yang ikhlas. Nasehat yang disampaikan secara ikhlas akan
mengena dalam tanggapan pendengarnya. Kedua, nasehat hendaknya berulang-ulang
agar nasehat itu meninggalkan kesan sehingga orang yang dinasehati tergerak
untuk mengikuti nasehat itu. Allah Swt. pun menjelaskan
dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125:
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ
وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ..
Artinya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-Mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik..
Selain itu pembinaan
akhlak dapat pula ditempuh dengan cara senantiasa menganggap diri ini sebagai
manusia yang banyak kekurangannya dari pada kelebihannya dalam hubungan ini
ibnu sina mengatakan jika seseorang menghendaki dirinya berakhlak utama,
hendaknya ia lebih dahulu mengetahui kekurangan dan cacat yang ada dalam
dirinya, dan membatasi sejauh mungkin untuk tidak berbuat kesalahan sehingga
kecacatannya itu tidak terwujud dalam kenyataan. Namun ini bukan berarti
bahwa ia menceritakan dirinya sebagai orang yang paling bodoh, paling miskin
dan sebagainya di hadapan orang-orang, dengan tujuan justru merendahkan orang
lain. Hal yang demikian dianggap tercela dalam islam.
Pembinaan akhlak secara efektif dapat pula dilakukan
dengan memperhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina. Menurut hasil
penelitian para psikolog bahwa kejiwaan manusia berbeda menurut perbedaan
tingkat usia. Pada usia kanak-kanak misalnya lebih menyukai kepada hal-hal yang
bersifat rekreatif dan bermain. Untuk itu ajaran akhlak dapat disajikan dalam
bentuk permainan. Hal ini pernah dilakukan oleh para ulama’ di masa lalu.
Mereka menyajikan ajaran akhlak lewat syair yang berisi sifat-sifat Allah dan
Rasul, anjuran beribadah dan berakhlak mulia dan lain-lainnya. Syair tersebut
dibaca pada saat menjelang dilangsungkannya pengajian, ketika akan melaksanakan
sholat lima waktu dan acara-acara peringatan hari-hari besar islam.
Allah
berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 232 :…”Itulah
yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman diantara kalian, yang beriman
kepada Allah dan hari kemudian”…
Aplikasi metode nasehat, diantaranya adalah, nasehat dengan argumen logika, nasehat tentang keuniversalan Islam, nasehat yang berwibawa, nasehat dari aspek hukum, nasehat tentang “amar ma’ruf nahi mungkar”, nasehat tentang amal ibadah dan lain-lain. Namun yang paling penting, si pemberi nasehat harus mengamalkan terlebih dahulu apa yang dinasehatkan tersebut, kalau tidak demikian, maka nasehat hanya akan menjadi lips-service.
Aplikasi metode nasehat, diantaranya adalah, nasehat dengan argumen logika, nasehat tentang keuniversalan Islam, nasehat yang berwibawa, nasehat dari aspek hukum, nasehat tentang “amar ma’ruf nahi mungkar”, nasehat tentang amal ibadah dan lain-lain. Namun yang paling penting, si pemberi nasehat harus mengamalkan terlebih dahulu apa yang dinasehatkan tersebut, kalau tidak demikian, maka nasehat hanya akan menjadi lips-service.
4.
Metode Qishshah (cerita)
Qishshah dalam pendidikan mengandung arti, suatu cara
dalam menyampaikan materi pelajaran, dengan menuturkan secara kronologis,
tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal, baik yang sebenarnya terjadi ataupun
hanya rekaan saja.
Menegaskan
dalam firmanNya:
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي
الْأَلْبَابِ…
Artinya:
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal… (QS. Yusuf: 111)
Dalam pendidikan Islam, cerita yang bersumber dari
al-Qur’an dan Hadis merupakan metode pendidikan yang sangat penting, alasannya,
cerita dalam al-Qur’an dan Hadis, selalu memikat, menyentuh perasaan dan
mendidik perasaan keimanan, contoh, surah Yusuf, surah Bani Israil dan
lain-lain.
Aplikasi metode qishshah ini, diantaranya adalah,
memperdengarkan casset, video dan ceritera-ceritera tertulis atau bergambar.
Pendidik harus membuka kesempatan bagi anak didik untuk bertanya, setelah itu
menjelaskan tentang hikmah qishshah dalam meningkatkan akhlak mulia.
5.
Metode Amtsal (perumpamaan)
Metode perumpamaan adalah metode yang banyak dipergunakan
dalam al-Qur’an dan Hadis untuk mewujudkan akhlak mulia. Allah SWT berfirman
dalam surah al-Baqarah ayat 17 : “Perumpamaan
mereka adalah seperti orang yang menyalakan api”… Dalam beberapa literatur
Islam, ditemukan banyak sekali perumpamaan, seperti mengumpamakan orang yang
lemah laksana kupu-kupu, orang yang tinggi seperti jerapah, orang yang berani
seperti singa, orang gemuk seperti gajah, orang kurus seperti tongkat, orang
ikut-ikutan seperti beo dan lain-lain. Disarankan untuk mencari perumpamaan
yang baik, ketika berbicara dengan anak didik, karena perumpamaan itu, akan
melekat pada pikirannnya dan sulit untuk dilupakan.
Aplikasi metode perumpamaan, diantaranya adalah, materi
yang diajarkan bersifat abstrak, membandingkan dua masalah yang selevel dan
guru/orang tua tidak boleh salah dalam membandingkan, karena akan membingungkan
anak didik.
Metode perumpamaan ini akan dapat memberi pemahaman yang
mendalam, terhadap hal-hal yang sulit dicerna oleh perasaan. Apabila perasaan
sudah disentuh, akan terwujudlah peserta didik yang memiliki akhlak mulia
dengan penuh kesadaran.
6.
Metode Tsawab (ganjaran)
Armai Arief dalam bukunya, Pengantar Ilmu dan Metodologi
Pendidikan Islam, menjelaskan pengertian tsawab itu, sebagai : “hadiah ;
hukuman. Metode ini juga penting dalam pembinaan akhlak, karena hadiah dan
hukuman sama artinya dengan reward and punisment dalam pendidikan Barat. Hadiah
bisa menjadi dorongan spiritual dalam bersikap baik, sedangkan hukuman dapat
menjadi remote control, dari perbuatan tidak terpuji.
Aplikasi metode ganjaran yang berbentuk hadiah, diantaranya adalah, memanggil dengan panggilan kesayangan, memberikan pujian, memberikan maaf atas kesalahan mereka, mengeluarkan perkataan yang baik, bermain atau bercanda, menyambutnya dengan ramah, meneleponnya kalau perlu dan lain-lain.
Aplikasi metode ganjaran yang berbentuk hadiah, diantaranya adalah, memanggil dengan panggilan kesayangan, memberikan pujian, memberikan maaf atas kesalahan mereka, mengeluarkan perkataan yang baik, bermain atau bercanda, menyambutnya dengan ramah, meneleponnya kalau perlu dan lain-lain.
Aplikasi metode ganjaran yang berbentuk hukuman,
diantaranya, pandangan yang sinis, memuji orang lain dihadapannya, tidak
mempedulikannya, memberikan ancaman yang positif dan menjewernya sebagai
alternatif terakhir. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Nawawi dari Abdullah bin
Basr al-Mani, ia berkata : “Aku telah diutus oleh ibuku, dengan membawa
beberapa biji anggur untuk disampaikan kepada Rasulullah, kemudian aku
memakannya sebelum aku sampaikan kepada beliau, dan ketika aku mendatangi
Rasulullah, beliau menjewer telingaku sambil berseru ; wahai penipu”.
Dari Hadis di atas, dapat dikemukakan, bahwa menjewer
telinga anak didik, boleh-boleh saja, asal tidak menyakiti. Namun di negeri
ini, terjadi hal yang dilematis, menjewer telinga anak didik, bisa-bisa
berurusan dengan pihak berwajib, karena adanya Undang-Undang Perlindungan Anak.
Pernah terjadi seorang guru, karena menjewer telinga anak didiknya yang datang
terlambat, orang tua siswanya lalu melaporkan ke polisi, lalu sang guru
terpaksa masuk sel. Oleh karena itu ke depan, perlu pula dibuat Undang-Undang
Perlindungan Guru, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya, lebih aman dan
nyaman. Akhirnya, supaya pekat tidak semakin parah, selanjutnya akhlak generasi
muda akan semakin baik, dan akhlak mulia dapat pula terwujud, seyogianyalah
orang tua, guru, pemimpin formal dan non-formal mengaplikasikan metode
pembinaan akhlak dalam perspektif Islam itu, dalam proses pendidikan, baik
dalam lembaga pendidikan formal, maupun dalam kehidupan rumah tangga. Semoga
Allah SWT memberkahinya
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian
pertama dalam islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi
Muhammad SAW yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
Perhatian islam yang
demikian terhadap pembinaan akhlak ini dapat pula dilihat dari perhatian islam
terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan daripada pembinaan fisik, dari
jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang pada tahap
selanjutnya akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh
kehidupan manusia, lahir dan batin.
Ada beberapa metode dalam
pembinaan akhlak yaitu :
1. Metode
Metode Uswah (teladan)
- Metode
Ta’widiyah (pembiasaan)
- Metode
Tsawab (ganjaran)
- Metode
Amtsal (perumpamaan)
5. Metode
Qishshah (cerita)
- Metode
Mau’izhah (nasehat)
B.
Saran
Pentingnya akhlak mulia dalam diri seseorang menjadi landasan mengapa
kita harus mempelajari metode pembinaan aklak agar kita bisa membina dii kita
sendiri maupun orang lain, maka dari itu penulis menyarankan untuk membaca
banyak referensi lain mengenai metode pembinaan akhlak agar lebih memahami.
DAFTAR PUSTAKA
Diakses
dari: http://mymuslim-muslimat.blogspot.co.id/2013/07/metode-pembinaan-akhlak.html (sabtu 19 september 2015)
Diakses
dari : http://www.berryhs.com/2011/04/metode-pembinaan-akhlak_29.html (sabtu, 19 september 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar