Senin, 13 Januari 2020

Makalah Metode Pembinaan Akhlak


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
     Perhatian islam dalam pembinaan akhlaq  dapat dianalisis pada muatan akhlak yang terdapat pada seluruh aspek ajaran islam. Ajaran islam tentang keimanan misalnya sangat berkaitan erat dengan mengerjakan serangkaian amal shaleh dan perbuatan terpuji. Iman yang tidak disertai dengan amal shaleh dinilai sebagai iman yang palsu, bahkan dianggap sebagai kemunafikan. Dalam Al-Qur’an kita misalnya membaca ayat berbunyi:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّقُوْلُ أَمَنَّا بِاللهِ وَ بِالْيَوْمِ الْأَخِرِ وَمَاهُمْ بِمُعْمِنِيْنَ
Artinya: Dan diantara manusia (orang munafik) itu ada orang yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan hadir, sedang yang sebenarnya mereka bukan orang yang beriman.” (QS.Al-Baqarah: 8-9)
     Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu ialah mereka yang beriman kepada Allah dan rasulNya, kemudian itu mereka tidak ragu-ragu dan senantiasa berjuang dengan harta dan dirinya di jalan Allah. Itulah orang-orang yang benar (imanNya). (QS.Al-Hujurat: 15)
     Ayat-ayat diatas menunjukkan dengan jelas bahwa iman yang dikehendaki islam bukan iman yang hanya sampai pada ucapan dan keyakinan tetapi iman yang disertai dengan perbuatan dan akhlak yang mulia, seperti tidak ragu-ragu menerima ajaran yang dibawa rasul, mau memanfaatkan harta dan dirinya untuk berjuang di jalan Allah dan seterusnya. Ini menunjukkan bahwa keimanan harus membuahkan akhlak, dan juga memperlihatkan bahwa islam sangat mendambakan terwujudnya akhlak yang mulia.  
Dalam mempelajari akhlak untuk menimbulkan atau meningkatkan akhlak mulia maka memerlukan metode untuk penyampainya atau pembimbingan nya karena suatu hal akan lebih akurat apabila dibarengi dengantata caranya. Maka dari itu penulis mengangkat masalah metode pembinaan akhlak dalam makalah ini.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud metode pembinaan akhlak?
2.      Apa saja macam-macam metode pembinaan akhlak?


C.       Tujuan
1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan metode pembinaan akhlak
2.      Mengetahui macam-macam metode pembinaan akhlak



c
























BAB II
PEMBAHASAN
A.      Metode Pembinaan Akhlak
Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam  Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi  Muhammad SAW yang  utama adalah menyempurnakan akhlak yang mulia.  Dalam salah satu hadistnya:
عَنْ  ماَ لِكٍ عَنْ اَبْى هُرَ يْرَةَ رَضِى الله  عَنهُ اَنَّ رَسُوْلُ  الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال بُعِثْتُ لِأُُ تَمِّمَ مَكَاِرمَ اْ لأَخْلاَقِ
(رواه احمد)
Dari Malik dan Abu Huraira r.a bahwasannya: sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Aku di utus tiada lain untuk  menyempurnakan akhlak yang baik (H.R. Ahmad).

Islam sangat menaruh perhatian penting terhadap pembinaan jiwa akhlak, perhatian Islam terhadap jiwa yang  harus  didahulukan dari pada  pembinaan fisik, karena dari jiwa  yang baik akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang selanjutnya menghasilkan kebajikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia lahir dan batin
Perhatian Islam  dalam  pembinaan akhlak dapat dianalisis pada muatan akhlak yang terdapat pada seluruh aspek ajaran Islam. Pendidikan akhlak yang ditempuh Islam adalah menggunakan cara atau sistem yang integrated, yaitu sistem yang menggunakan berbagai sarana peribadatan dan  lainnya secara simultan untuk diarahkan pada  pembinaan akhlak.
      Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka Hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.  Hari kemudian ialah: mulai dari waktu mahluk dikumpulkan di padang mahsyar sampai waktu yang tak ada batasnya. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.

      Ayat – ayat diatas dengan jelas menunjukkan bahwa iman yang di kehendaki islam bukan iman yang hanya samapai pada ucapan dan keyakinan,tetapi iman yang disertai dengan perbuatan akhlak yang mulia.,seperti tidak ragu menerima ajaran rasul,mau memanfaatkan dirinya dan hartanya untuk berjuang dijalan Allah.
Ini menunjukan bahwa keimana harus membuahkan akhlak yang mulia.

B.       Macam-Macam Metode Pembinaan Akhlak
1.        Metode Uswah (teladan)
     Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, intruksi dan larangan, sebab tabiat jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan itu. Menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang lestari. Pendidikan itu tidak akan sukses melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata. Cara yang demikian itu telah dilakukan oleh rasulallah saw. Keadaan ini dinyatakan dalam ayat yang berbunyi:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya: Sesungguhnya pada diri Rasulullah terdapat contoh teladan yang baik bagi kamu sekalian, yaitu bagi orang yang baik bagi kamu sekalian, yaitu bagi orang yang mengharapkan keridhoan Allah dan (berjumpa dengannya di) hari kiamat dan selalu banyak menyebut nama Allah. (QS.Al-Ahzab: 21)
Senada dengan hal itu, Abdullah Nasih Ulwan berpendapat bahwa seorang pendidik barangkali akan merasa mudah mengkomunikasikan pesannya secara lisan. Namun, anak akan merasa kesulitan dalam memahami pesan yang disampaikannya.[5] Dengan demikian, keteladanan merupakan faktor dominan dan berpengaruh bagi keberhasilan pendidikan dan metode pendidikan yang paling  membekas pada diri peserta didik.

Aplikasi metode teladan, diantaranya adalah, tidak menjelek-jelekkan seseorang, menghormati orang lain, membantu orang yang membutuhkan pertolongan, berpakaian yang sopan, tidak berbohong, tidak berjanji mungkir, membersihkan lingkungan, dan lain-lain ; yang paling penting orang yang diteladani, harus berusaha berprestasi dalam bidang tugasnya.


2.        Metode Ta’widiyah (pembiasaan)
Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah biasa. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, biasa artinya lazim atau umum ; seperti sedia kala ; sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Muhammad Mursyi dalam bukunya “Seni Mendidik Anak”, menyampaikan nasehat Imam al-Ghazali : “Seorang anak adalah amanah (titipan) bagi orang tuanya, hatinya sangat bersih bagaikan mutiara, jika dibiasakan dan diajarkan sesuatu kebaikan, maka ia akan tumbuh dewasa dengan tetap melakukan kebaikan tersebut, sehingga ia mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat” Dalam ilmu jiwa perkembangan, dikenal teori konvergensi, dimana pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya, dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Salah satu cara yang dapat dilakukan, untuk mengembangkan potensi dasar tersebut, adalah melalui kebiasaan yang baik. Oleh karena itu, kebiasaan yang baik dapat menempa pribadi yang berakhlak mulia. Aplikasi metode pembiasaan tersebut, diantaranya adalah, terbiasa dalam keadaan berwudhu’, terbiasa tidur tidak terlalu malam dan bangun tidak kesiangan, terbiasa membaca al-Qur’ab dan Asma ul-husna shalat berjamaah di masjid/mushalla, terbiasa berpuasa sekali sebulan, terbiasa makan dengan tangan kanan dan lain-lain. Pembiasaan yang baik adalah metode yang ampuh untuk meningkatkan akhlak peserta didik dan anak didik.
3.        Metode Mau’izhah (nasehat)
Kata mau’izhah berasal dari kata wa’zhu, yang berarti nasehat yang terpuji, memotivasi untuk melaksanakannya dengan perkataan yang lembut.
metode nasehat juga sangat dibutuhkan dalam pembinaan akhlak. Dengan metode ini, seseorang dapat menanamkan pengaruh yang baik ke dalam jiwa seseorang. Cara yang dimaksud ialah: Pertama, nasehat hendaknya lahir dari hati yang ikhlas. Nasehat yang disampaikan secara ikhlas akan mengena dalam tanggapan pendengarnya. Kedua, nasehat hendaknya berulang-ulang agar nasehat itu meninggalkan kesan sehingga orang yang dinasehati tergerak untuk mengikuti nasehat itu. Allah Swt. pun menjelaskan dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125:
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ..
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-Mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik..
Selain itu pembinaan akhlak dapat pula ditempuh dengan cara senantiasa menganggap diri ini sebagai manusia yang banyak kekurangannya dari pada kelebihannya dalam hubungan ini ibnu sina mengatakan jika seseorang menghendaki dirinya berakhlak utama, hendaknya ia lebih dahulu mengetahui kekurangan dan cacat yang ada dalam dirinya, dan membatasi sejauh mungkin untuk tidak berbuat kesalahan sehingga kecacatannya itu tidak terwujud dalam kenyataan. Namun ini bukan berarti bahwa ia menceritakan dirinya sebagai orang yang paling bodoh, paling miskin dan sebagainya di hadapan orang-orang, dengan tujuan justru merendahkan orang lain. Hal yang demikian dianggap tercela dalam islam.
Pembinaan akhlak secara efektif dapat pula dilakukan dengan memperhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina. Menurut hasil penelitian para psikolog bahwa kejiwaan manusia berbeda menurut perbedaan tingkat usia. Pada usia kanak-kanak misalnya lebih menyukai kepada hal-hal yang bersifat rekreatif dan bermain. Untuk itu ajaran akhlak dapat disajikan dalam bentuk permainan. Hal ini pernah dilakukan oleh para ulama’ di masa lalu. Mereka menyajikan ajaran akhlak lewat syair yang berisi sifat-sifat Allah dan Rasul, anjuran beribadah dan berakhlak mulia dan lain-lainnya. Syair tersebut dibaca pada saat menjelang dilangsungkannya pengajian, ketika akan melaksanakan sholat lima waktu dan acara-acara peringatan hari-hari besar islam.

Allah berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 232 :…”Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman diantara kalian, yang beriman kepada Allah dan hari kemudian”…
Aplikasi metode nasehat, diantaranya adalah, nasehat dengan argumen logika, nasehat tentang keuniversalan Islam, nasehat yang berwibawa, nasehat dari aspek hukum, nasehat tentang “amar ma’ruf nahi mungkar”, nasehat tentang amal ibadah dan lain-lain. Namun yang paling penting, si pemberi nasehat harus mengamalkan terlebih dahulu apa yang dinasehatkan tersebut, kalau tidak demikian, maka nasehat hanya akan menjadi lips-service.


4.        Metode Qishshah (cerita)
Qishshah dalam pendidikan mengandung arti, suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran, dengan menuturkan secara kronologis, tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal, baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja.
Menegaskan dalam firmanNya:
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
Artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal… (QS. Yusuf: 111)
Dalam pendidikan Islam, cerita yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadis merupakan metode pendidikan yang sangat penting, alasannya, cerita dalam al-Qur’an dan Hadis, selalu memikat, menyentuh perasaan dan mendidik perasaan keimanan, contoh, surah Yusuf, surah Bani Israil dan lain-lain.
Aplikasi metode qishshah ini, diantaranya adalah, memperdengarkan casset, video dan ceritera-ceritera tertulis atau bergambar. Pendidik harus membuka kesempatan bagi anak didik untuk bertanya, setelah itu menjelaskan tentang hikmah qishshah dalam meningkatkan akhlak mulia.
5.        Metode Amtsal (perumpamaan)
Metode perumpamaan adalah metode yang banyak dipergunakan dalam al-Qur’an dan Hadis untuk mewujudkan akhlak mulia. Allah SWT berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 17 : “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api”… Dalam beberapa literatur Islam, ditemukan banyak sekali perumpamaan, seperti mengumpamakan orang yang lemah laksana kupu-kupu, orang yang tinggi seperti jerapah, orang yang berani seperti singa, orang gemuk seperti gajah, orang kurus seperti tongkat, orang ikut-ikutan seperti beo dan lain-lain. Disarankan untuk mencari perumpamaan yang baik, ketika berbicara dengan anak didik, karena perumpamaan itu, akan melekat pada pikirannnya dan sulit untuk dilupakan.
Aplikasi metode perumpamaan, diantaranya adalah, materi yang diajarkan bersifat abstrak, membandingkan dua masalah yang selevel dan guru/orang tua tidak boleh salah dalam membandingkan, karena akan membingungkan anak didik.
Metode perumpamaan ini akan dapat memberi pemahaman yang mendalam, terhadap hal-hal yang sulit dicerna oleh perasaan. Apabila perasaan sudah disentuh, akan terwujudlah peserta didik yang memiliki akhlak mulia dengan penuh kesadaran.
6.        Metode Tsawab (ganjaran)
Armai Arief dalam bukunya, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, menjelaskan pengertian tsawab itu, sebagai : “hadiah ; hukuman. Metode ini juga penting dalam pembinaan akhlak, karena hadiah dan hukuman sama artinya dengan reward and punisment dalam pendidikan Barat. Hadiah bisa menjadi dorongan spiritual dalam bersikap baik, sedangkan hukuman dapat menjadi remote control, dari perbuatan tidak terpuji.
Aplikasi metode ganjaran yang berbentuk hadiah, diantaranya adalah, memanggil dengan panggilan kesayangan, memberikan pujian, memberikan maaf atas kesalahan mereka, mengeluarkan perkataan yang baik, bermain atau bercanda, menyambutnya dengan ramah, meneleponnya kalau perlu dan lain-lain.
Aplikasi metode ganjaran yang berbentuk hukuman, diantaranya, pandangan yang sinis, memuji orang lain dihadapannya, tidak mempedulikannya, memberikan ancaman yang positif dan menjewernya sebagai alternatif terakhir. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Nawawi dari Abdullah bin Basr al-Mani, ia berkata : “Aku telah diutus oleh ibuku, dengan membawa beberapa biji anggur untuk disampaikan kepada Rasulullah, kemudian aku memakannya sebelum aku sampaikan kepada beliau, dan ketika aku mendatangi Rasulullah, beliau menjewer telingaku sambil berseru ; wahai penipu”.
Dari Hadis di atas, dapat dikemukakan, bahwa menjewer telinga anak didik, boleh-boleh saja, asal tidak menyakiti. Namun di negeri ini, terjadi hal yang dilematis, menjewer telinga anak didik, bisa-bisa berurusan dengan pihak berwajib, karena adanya Undang-Undang Perlindungan Anak. Pernah terjadi seorang guru, karena menjewer telinga anak didiknya yang datang terlambat, orang tua siswanya lalu melaporkan ke polisi, lalu sang guru terpaksa masuk sel. Oleh karena itu ke depan, perlu pula dibuat Undang-Undang Perlindungan Guru, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya, lebih aman dan nyaman. Akhirnya, supaya pekat tidak semakin parah, selanjutnya akhlak generasi muda akan semakin baik, dan akhlak mulia dapat pula terwujud, seyogianyalah orang tua, guru, pemimpin formal dan non-formal mengaplikasikan metode pembinaan akhlak dalam perspektif Islam itu, dalam proses pendidikan, baik dalam lembaga pendidikan formal, maupun dalam kehidupan rumah tangga. Semoga Allah SWT memberkahinya



















BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
Perhatian islam yang demikian terhadap pembinaan akhlak ini dapat pula dilihat dari perhatian islam terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan daripada pembinaan fisik, dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang pada tahap selanjutnya akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin.
Ada beberapa metode dalam pembinaan akhlak yaitu :
1.      Metode Metode Uswah (teladan)
  1. Metode Ta’widiyah (pembiasaan)
  2. Metode Tsawab (ganjaran)
  3. Metode Amtsal (perumpamaan)
5.      Metode Qishshah (cerita)
  1. Metode Mau’izhah (nasehat)


B.       Saran
Pentingnya akhlak mulia dalam diri seseorang menjadi landasan mengapa kita harus mempelajari metode pembinaan aklak agar kita bisa membina dii kita sendiri maupun orang lain, maka dari itu penulis menyarankan untuk membaca banyak referensi lain mengenai metode pembinaan akhlak agar lebih memahami.



DAFTAR PUSTAKA
            Diakses dari: http://mymuslim-muslimat.blogspot.co.id/2013/07/metode-pembinaan-akhlak.html (sabtu 19 september 2015)
            Diakses dari : http://www.berryhs.com/2011/04/metode-pembinaan-akhlak_29.html (sabtu, 19 september 2015)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar