BAB I
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Kepada Kepada Kedua Orang Tua
1. Pengertian akhlak
Kata Akhlak berasal
dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa berarti budi
pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat.[1] Tabiat
atau watak dilahirkan karena hasil perbuatan yang diulang-ulang sehingga
menjadi biasa. Perkataan ahklak sering disebut kesusilaan, sopan santun dalam
bahasa Indonesia; moral, ethnic. Dalam bahasa Inggris sering disebut ethos
sedangkan ethios dalam bahasa Yunani. Kata tersebut mengandung segi-segi
persesuaian dengan perkataan khalqun yang berarti kejadian, yang juga
erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta, demikian pula
dengan makhluqun yang berarti yang diciptakan.
Menurut Ibrahim Anis
dalam al-Mujam al-Wasith, bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa
membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Selanjutnya Abuddin Nata dalam
bukunya pendidikan dalam perspektif hadits mengatakan bahwa ada lima ciri yang
terdapat dalam perbuatan akhlak. Pertama perbuatan akhlak tersebut sudah
menjadi kepribadian yang tertanam kuat dalam jiwa seseorang. Kedua perbuatan
akhlak merupakan perbuatan yang dilakukan dengan acceptable dan tanpa
pemikiran (unthouhgt). Ketiga, perbuatan akhlak merupakan
perbuatan tanpa paksaan. Keempat, perbuatan dilakukan dengan sebenarnya
tanpa ada unsur sandiwara. Kelima, perbuatan dilakukan untuk menegakkan
kalimat Allah.
2.
Pengertian Birrul Walidain
Kata
al birr berasal dari akar kata barra-yabarru-barran (بر- يبر- برن) menurut kamus al-Munawwir berarti “taat atau berbakti”. Al-birr
yaitu kebaikan, al-birr adalah baiknya akhlak. Sedangkan menurut kamus
besar bahasa Indonesia kebaikan artinya adalah sifat manusia yang dianggap baik
menurut sistem norma dan pandangan umum yang berlaku atau yang mendatangkan
keselamatan, keberuntungan sesama manusia. Sedangkan walidain berasal dari kata
walada-yalidu-walidatan (ولد - يلد - ولدتن) yang berarti
melahirkan. Orang yang melahirkan manusia adalah ibu maka walada menjadi
walidain yang berarti kedua orang tua.
Dari
beberapa definisi kata al-birr dan walidain di atas dapat diambil
pengertian bahwa menurut bahasa birrul walidain artinya berbakti kepada
kedua orang tua. Adapun yang dimaksud adalah suatu pengertian yang menunjukkan
perbuatan baik seorang anak terhadap kedua orang tua.
Birrul
walidain merupakan
salah satu akhlak terpuji seorang anak kepada orang tua, sedangkan akhlak
sendiri merupalan dimensi ketiga dari ajaran islam sebagai materi dakwah
setelah akidah dan syariah. Adapun ‘Uququl Walidain, ‘Uququl Walidain artinya mendurhakai kedua orang
tua. Durhaka kepada kedua orang tua adalah dosa besar yang dibenci oleh Allah
Swt, sehingga adzabnya disegerakan oleh Allah di dunia ini. Hal ini mengingat
betapa istimewanya kedudukan kedua orang tua dalam ajaran Islam dan juga
mengingat betapa besarnya jasa kedua orang tua terhadap anaknya, jasa itu tidak
bisa diganti dengan apapun.
B.
Hukum berbakti kepada kedua orang tua
Para Ulama’ Islam
sepakat bahwa hukum berbuat baik atau berbakti pada kedua orang tua hukumnya
adalah wajib, hanya saja mereka berselisih tentang ibarat-ibarat atau contoh
pengamalannya misalnya mengenai orang anak yang mengatakan “uh” atau “ah”
ketika di suruh oleh kedua orang tua tersebut. Pendapat Ibnu Hazm menganai
hukum birrul walidain, menurutnya birul walidain adalah fardhu a’in yaitu wajib
bagi masing-masing individu. Sedangkan menurut Al-Qodli Iyyad birrul
walidain adalah wajib kecuali terhadap perkara yang haram.
Adapun dalil-dalil Shahih dan Sharih yang tentang berbakti kepada
orangtua adalah[2]
:
a.
Firman Allah Swt. dalam surah An-Nisa’ ayat 36
وَاعْبُدُوْااللهَ
وَلَاتُسْرِكُوابِهِ شَيْعًا وَّبِالْوَلِدَيْنِ اِحْسٰنًا
Artinya: “Dan
sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan
berbuat baiklah kepada kedua orang tua Ibu Bapak..........”. (An Nisa’: 36).
Dalam ayat ini
berbuat baik kepada Ibu Bapak merupakan perintah setelah menyembah dan tidak
mempersekutukan Allah.
b. Firman Allah Swt.
Dalam Al-qur’an surah Al-Isra’ ayat 23 dan 24
وَقَضَى
رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا
يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا
أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ
لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ
الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Artinya :“ Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya”. “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku,kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’.”
Surat Al-Isra ayat 23-24 memiliki kandungan mengenai pendidikan
berkarakter. Definisi dari karakter adalah satu kesatuan yang membedakan satu
dengan yang lain atau dengan kata lain karakter adalah kekuatan moral yang
memiliki sinonim berupa moral, budi pekerti, adab, sopan santun dan akhlak.
Akhlak dan adab sumbernya adalah wahyu yakni berupa Al-Qur’an dan Sunnah.
Sedangkan budi pekerti, moral, dan sopan santun sumbernya adalah filsafat.
Kembali kepada pengertian dari Surah Al-Isra ayat 23 disebutkan bahwa yang
pertama Allah memerintahkan kepada hamba-hambanya untuk menyembah Dia semata,
tidak ada sekutu bagi-Nya.yang kedua, kita harus berbakti kepada orang tua.
Lalu pada ayat 24 disebutkan bahwa anak hendaknya mendoakan kedua orang tuanya.
Ulama menegaskan bahwa doa kepada kedua orang tua yang dianjurkan adalah bagi
yang muslim, baik yang masih hidup atau telah meninggal.
Sedangkan bila ayah atau ibu yang tidak beragama islam telah meninggal,
maka terlarang bagi anak untuk mendoakannya. Dari penjelasan di atas sangat
jelas bahwa ketika kita menghargai dan menyayangi orang tua kita dengan baik
maka akan menumbuhkan akhlak serta moral yang baik pula bagi anak sedangkan
jikalau kita acuh maka akan timbuh akhlak dan moral yang tidak baik. Dengan
kata lain, hal ini sangat berpengaruh dalam pendidikan karakter. Antara
orangtua sebagai pendidik dan anak. Segala sesuatu yang diajarkan dengan baik
pada mulanya akan menanamkan karakter yang baik pula pada anak. Untuk itu
berbakti kepada orang tua merupakan suatu cara yang harus dilakukan.
c. Adapun Firman Allah
Swt di dalam Al-Qur’an tentang berbakti kepada kedua orang tua terdapat pada
surah Lukman ayat 14.
وَوَصَّيْنَاالْاِنْسَانَ
بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ اُمُّهُ وَهْنًاعَلٰ وَهْنٍ وَّفِصٰلُهُ فِي عَامَيْنِ
اَنِ اشْكُرْلِيْ وَلِوَالِدَيْكَ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ
Artinya :”Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang Ibu Bapanya, Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Maka bersyukurlah kepada-Ku
dan kepada kedua orang Ibu Bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu.” (QS. Luqman
:14).
d. Hadits-hadits
tentang berbakti kepada orang tua
1). Hadis Abdullah
ibnu Umar tentang ridho Allah terletak pada ridho orang tua
عَنْ
عَبْدُ الله بن عَمْرٍو رضي الله عنهما قال قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم:
رِضَى اللهُ فى رِضَى الوَالِدَيْنِ و سَخَطُ الله فى سَخَطُ الوَالِدَيْنِ (
اخرجه الترمذي وصححه ابن حبان والحاكم)
Artinya: dari
Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah bersabda: “
Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan murka Allah itu
terletak pada murka orang tua”. ( H.R.A t-Tirmidzi. Hadis ini dinilai shahih
oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim).
2). Hadis Abu Hurairah tentang siapakah yang berhak dipergauli dengan
baik
عَنْ
اَبِي هُرَيرَةَ رضي الله عنه قال جَاءَ رَجُلٌ الى رسولِ الله صلى الله عليه وسلم
فقال يَا رسولَ الله مَنْ اَحَقًّ النّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قال: اُمُّك قال:
ثُمَّ مَنْ؟ قال: ثُمَّ اُمُّك قال: ثم من؟ قال :ثم امُّك قال: ثم من؟ قال : ثم
اَبُوْكَ (اخرجه البخاري)
Artinya: dari Abu
Hurairah r.a. ia berkata: “ Suatu saat ada seorang laki-laki datang kepada
Rasulullah SAW, lalu bertanya: “ Wahai Rasulullah, siapakah yang berhak aku
pergauli dengan baik?” Rasulullah menjawab : “ Ibumu!”, lalu siapa? Rasulullah
menjawab: “ Ibumu!”, lalu siapa? Rasulullah menjawab: “Ibumu!”. Sekali lagi
orang itu bertanya: kemudian siapa? Rasulullah menjawab: “
Bapakmu!”(H.R.Bukhari).
C.
Bentuk-Bentuk
Berbakti Kepada Orang Tua
1. Pertama Bergaul
dengan keduanya dengan cara yang baik
Di
dalam hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam disebutkan bahwa memberikan
kegembiraan kepada seorang mu'min termasuk shadaqah, lebih utama lagi kalau
memberikan kegembiraan kepada kedua orang tua kita. Dalam nasihat perkawinan
dikatakan agar suami senantiasa berbuat baik kepada istri, maka kepada kedua
orang tua harus lebih dari kepada istri. Karena dia yang melahirkan, mengasuh,
mendidik dan banyak jasa lainnya kepada kita.
Dalam
suatu riwayat dikatakan bahwa ketika seseorang meminta izin untuk berjihad
(dalam hal ini fardhu kifayah kecuali waktu diserang musuh maka fardhu 'ain)
dengan meninggalkan orang tuanya dalam keadaan menangis, maka Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, “Kembali dan buatlah keduanya tertawa
seperti engkau telah membuat keduanya menangis.” [Hadits Riwayat Abu Dawud
dan Nasa'i]
Dalam
riwayat lain dikatakan: “Berbaktilah kepada kedua orang tuamu” [Hadits
Riwayat Bukhari dan Muslim]
2. Yaitu berkata
kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut
Hendaknya
dibedakan berbicara dengan kedua orang tua dan berbicara dengan anak, teman
atau dengan yang lain. Berbicara dengan perkataan yang mulia kepada kedua orang
tua, tidak boleh mengucapkan 'ah' apalagi mencemooh dan mencaci maki atau
melaknat keduanya karena ini merupakan dosa besar dan bentuk kedurhakaan kepada
orang tua. Jika hal ini sampai terjadi, wal iya 'udzubillah.
Kita
tidak boleh berkata kasar kepada orang tua kita, meskipun keduanya berbuat
jahat kepada kita. Atau ada hak kita yang ditahan oleh orang tua atau orang tua
memukul kita atau keduanya belum memenuhi apa yang kita minta (misalnya biaya
sekolah) walaupun mereka memiliki, kita tetap tidak boleh durhaka kepada
keduanya.
3. Tawadlu (rendah
diri)
Tidak
boleh kibir (sombong) apabila sudah meraih sukses atau mempunyai jabatan di
dunia, karena sewaktu lahir kita berada dalam keadaan hina dan membutuhkan
pertolongan. Kedua orang tualah yang menolong dengan memberi makan, minum,
pakaian dan semuanya.
Seandainya
kita diperintahkan untuk melakukan pekerjaan yang kita anggap ringan dan
merendahkan kita yang mungkin tidak sesuai dengan kesuksesan atau jabatan kita
dan bukan sesuatu yang haram, wajib bagi kita untuk tetap taat kepada keduanya.
Lakukan dengan senang hati karena hal tersebut tidak akan menurunkan derajat
kita, karena yang menyuruh adalah orang tua kita sendiri. Hal itu merupakan
kesempatan bagi kita untuk berbuat baik selagi keduanya masih hidup.
4. Yaitu
memberikan infak (shadaqah) kepada kedua orang tua
Semua
harta kita adalah milik orang tua. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala surat Al-Baqarah ayat 215.
Artinya
: “Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah, ‘Harta
yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu bapakmu, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin dan orang-orang yang
sedang dalam perjalanan.’ Dan apa saja kebajikan yang kamu perbuat sesungguhnya
Allah maha mengetahui”
Jika
seseorang sudah berkecukupan dalam hal harta hendaklah ia menafkahkannya yang
pertama adalah kepada kedua orang tuanya. Kedua orang tua memiliki hak tersebut
sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam surat Al-Baqarah di atas. Kemudian kaum kerabat, anak yatim dan orang-orang yang dalam perjalanan. Berbuat baik yang pertama adalah
kepada ibu kemudian bapak dan yang lain, sebagaimana sabda Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam berikut.
Artinya:
“Hendaklah kamu berbuat baik kepada ibumu kemudian ibumu sekali lagi ibumu
kemudian bapakmu kemudian orang yang terdekat dan yang terdekat" [Hadits
Riwayat Bukhari]
Sebagian
orang yang telah menikah tidak menafkahkan hartanya lagi kepada orang tuanya
karena takut kepada istrinya, hal ini tidak dibenarkan. Yang mengatur harta
adalah suami sebagaimana disebutkan bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita. Harus dijelaskan kepada
istri bahwa kewajiban yang utama bagi anak laki-laki adalah berbakti kepada ibunya (kedua orang tuanya) setelah
Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan kewajiban yang utama bagi wanita yang telah
bersuami setelah kepada Allah dan Rasul-Nya
adalah kepada suaminya. Ketaatan kepada suami akan membawanya ke surga. Namun
demikian suami hendaknya tetap memberi kesempatan atau ijin agar istrinya dapat
berinfaq dan berbuat baik lainnya kepada kedua orang tuanya.
5. Mendo'akan
orang tua
Sebagaimana
dalam ayat "Robbirhamhuma kamaa rabbayaani shagiiro" (Wahai
Rabb-ku kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku diwaktu kecil). Seandainya orang tua belum mengikuti dakwah yang
haq dan masih berbuat syirik serta bid'ah, kita harus tetap berlaku lemah
lembut kepada keduanya. Dakwahkan kepada keduanya dengan perkataan yang lemah
lembut sambil berdo'a di malam hari, ketika sedang shaum, di hari Jum'at dan di
tempat-tempat dikabulkannya do'a agar ditunjuki dan dikembalikan ke jalan
yang haq oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Seorang anak yang ingin mendoakan kedua orang tuanya dapat mengambil
contoh dari ayat suci Alquran yaitu, doa Nabi Ibrahim as ketika mengajukan
permohonan kepada Allah Swt agar dapatlah kiranya Allah memberi ampunan pada
kedua orang tuanya dari dosa-dosa yang telah mereka perbuat.
Al- Qur’an Surah
Ibrahim (14) : 41
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ
يَقُومُ الْحِسَابُ
Artinya: Ya Tuhan Kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan
sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”.
Al- Qur’an Surah
Al-Israa’(17) : 24
وَاخْفِضْ
لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا
رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Artinya: dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.
Sedangkan
menurut hadits-hadits yang
shahih tentang amal-amal yang
diperbuat untuk kedua orang tua yang sudah wafat, adalah :
a. Mendo'akannya
b. Menshalatkan
ketika orang tua meninggal
c. Selalu
memintakan ampun untuk keduanya.
d. Membayarkan
hutang-hutangnya
e. Melaksanakan
wasiat yang sesuai dengan syari'at.
f. Menyambung
tali silaturrahmi kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya.
Sebagaimana
hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dari sahabat Abdullah bin Umar
Radhiyallahu 'anhuma.
Artinya : “Aku
mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya
termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali silaturrahmi kepada teman-teman bapaknya sesudah bapaknya meninggal.”
[Hadits Riwayat
Muslim No. 12, 13, 2552]
D. Akhlak terhadap
orang tua menurut etika
Orang tua adalah
oran yang telah merawat kita, menjaga, memelihara, dan mendidik kita sejak
kecil hingga kita menjadi dewasa. Mereka melakukannya secara sunguh-sungguh dan
penuh kasih sayang demi mengharapkan kehidupan kita yang lebih baik. Bahkan
orang tua dengan susah payah bekerja mencari nafkah untuk membahagiakan kita.
Sedemikian besar
peran orang tua dalam hidup kita, sehingga sudah sepantasnya kita sebagai orang
yang berpengetahuan haruslah menjaga etika kita terhadap orang tua. Diantara
bentuk-bentuk perbuatan kita yang sesuai dengan etika adalah :
- Selalu taat kepada keduanya dan menjalankan segala perintahnya,
asalkan perintah itu tidak bertentangan dengan ajaran agama dan tidak
melanggar hukum yang berlaku di suatu tempat. Meskipun orang tua kita
berbuat aniaya kepada kita, tetaplah kita tidak boleh menyinggung perasaan
mereka ataupun membalas perbuatan yang mereka terhadap kita. Baik bagaimanapun
mereka tetaplah orang tua kita yang telah merawat kita semenjak kita
kecil. Menurut ukuran umum, orang tua tidak akan berbuat aniaya kepada
anaknya sendiri. Jikalau terjadi aniaya, biasanya disebabkan oleh
perbuatan si anak yang berbuat keterlaluan kepada orang tua.
2. Jika hendak pergi
hendaklah meminta izin kepada keduanya. Apabila tidak diizinkan kita harus
menerimanya dengan lapang dada.
3. Berbicaralah dengan
lemah lembut, bermuka manis, dan berseri-seri. Janganlah meninggikan suara
ketika berbicara kepada orang tua dan jangan pula menggunakan kata-kata yang
kasar kepada keduanya.
4. Perhatikan
nasihat-nasihat orang tua dan janganlah memotong pembicaraannya.
5. Membantu pekerjaan
orang tua dengan sekuat tenaga, terutama jika orang tua sudah berusaha lanjut.
6. Selalu bersikap baik
dan sopan santun baik dalam perbuatan maupun perkataan.
7. Selalu menyambung
silaturahim kepada keduanya meskipun kita dalam perantauan ataupun kita sudah
memiliki keluarga sendiri, selalu menepati janji kita, dan menghormati
sahabat-sahabat orang tua dengan baik.
8. Selalu mendoakan
orang tua agar diampuni dosa-dosanya oleh Allah swt.
Sementara itu menurut imam al-Ghazali, etika anak terhadap orang tuanya
adalah sebagai berikut:
1. Mentaati mereka selama tidak mendurhakai Allah SWT.
2. Berbakti dan merendahkan diri di hadapan kedua
orang tua.
3. Memenuhi Sumpah Kedua Orang Tua
- Mendengarkan pembicaraannya.
- Melaksanakan perintahnya.
- Tidak berjalan di depannya.
- Tidak mengeraskan suara ketika berbicara kepadanya.
- Menjawab panggilannya.
- Berkemauan keras menyenangkan hatinya.
- Menundukkan badannya.
- Tidak mengungkit kebaikan kita terhadap mereka.
- Tidak memandang dengan mata melotot dan tidak menatap matanya.
E. Keutamaan Birrul Walidain
1.
Termasuk
Amalan Yang Paling Mulia
Dari Abdullah bin Mas’ud
mudah-mudahan Allah meridhoinya dia berkata : Saya bertanya kepada Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wasallam: Apakah amalan yang paling dicintai oleh Allah?,
Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam: "Sholat tepat pada
waktunya", Saya bertanya : Kemudian apa lagi?, Bersabada Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wasallam "Berbuat baik kepada kedua orang tua".
Saya bertanya lagi : Lalu apa lagi?, Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda : "Berjihad di jalan Allah".(Diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya).
2.
Merupakan
Salah Satu Sebab-Sebab Diampuninya Dosa
Allah Subhanahu Wa Ta’ala
berfirman (artinya): "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik
kepada dua orang ibu bapaknya….", hingga akhir ayat berikutnya :
"Mereka itulah orang-orang yang kami terima dari mereka amal yang baik
yang telah mereka kerjakan dan kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama
penghuni-penghuni surga. Sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada
mereka." (QS. Al Ahqaf 15-16).
3.
Termasuk
Sebab Masuknya Seseorang Ke Surga
Dari Abu Hurairah, mudah-mudahan
Allah meridhoinya, dia berkata : Saya mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda: "Celakalah dia, celakalah dia", Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wasallam ditanya : Siapa wahai Rasulullah?, Bersabda
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : "Orang yang menjumpai salah satu
atau kedua orang tuanya dalam usia lanjut kemudian dia tidak masuk surga".
4.
Merupakan Sebab keridhoan Allah
Sebagaiman hadits yang terdahulu
"Keridhoan Allah ada pada keridhoan kedua orang tua dan kemurkaan-Nya ada
pada kemurkaan kedua orang tua".Allah sangat membenci orang yang
selalu membuat orang tua cemberut, marah dan lain-lain. Sebagai seorang anak
maka kita berkewajiban untuk selalu membuat mereka bangga terhadap apa yang
akan kita capai.
5.
Merupakan
Sebab Bertambahnya Umur dan Rizki
Diantarnya hadit yang diriwayatkan oleh Anas bin
Malik mudah-mudahan Allah meridhoinya, dia berkata, Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wasallam bersabda : "Barangsiapa yang suka Allah besarkan rizkinya
dan Allah panjangkan umurnya, maka hendaklah dia menyambung silaturrahim".
Berbakti kepada kedua orang tua juga merupakan sebab barokahnya rizki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar