Kamis, 10 November 2016

AKHLAK ‘’AKHLAK TERHADAP DIRI SENDIRI"



AKHLAK
‘’AKHLAK TERHADAP DIRI SENDIRI
( ADIL, JUJUR, AMANAH, SABAR ) ’’
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah Makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lainya. Agar Manusia dipandang baik oleh Allah maka manusia harus berakhlak baik, baik kepada Allah maupun kepada sesama Manusia.Akhlak terpuji itu seperti Sabar, Jujur, Amanah, dan Adil. Allah Memerintahkan kepada Umatnya untuk  bersabar, bersifat jujur, bersifat Amanah dan berlaku adil dalam menjalankan kehidupan ini. Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan utama penciptaannya adalah untuk beribadah. Ibadah dalam pengertian secara umum yaitu melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.
Manusia diperintahkan-Nya untuk menjaga, memelihara dan mengembangkan semua yang ada untuk kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Dan Allah SWT sangat membeci manusia yang melakukan tindakan merusak yang ada. Maka karena Allah SWT membenci tindakan yang merusak maka orang yang cerdas akan meninggalkan perbuatan itu, dia sadar bahwa jika melakukan per buatan terlarang akan berakibat pada kesengsaraan hidup di dunia dan terlebih-lebih lagi di akhirat kelak, sebagai tempat hidup yang sebenarnya.
Arti akhlak secara istilah sebagai berikut; Ibnu Miskawaih (w. 421 H/1030 M) mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

B. Rumusan Masalah
            a. Pengertian akhlak terhadap diri sendiri ?
            b. Bentuk – Bentuk akhlak terhadap diri sendiri ( Adil, Jujur, Amanah, Sabar ) ?



BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak Terhadap Diri Sendiri
Akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.
Sesuatu yang membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis. Misalnya kita melakukan hal-hal yang bisa membuat tubuh kita menderita. Seperti; terlalu banyak bergadang, sehingga daya tahan tubuh berkurang, merokok, yang dapat menyebabkan paru-paru kita rusak, mengkonsumsi obat terlarang dan minuman keras yang dapat membahyakan jantung dan otak kita. Untuk itu kita harus bisa bersikap atau beraklak baik terhadap tubuh kita. Selain itu sesuatu yang dapat membahayakan diri kita itu bisa bersifat psikis. Misalkan iri, dengki , munafik dan lain sebagainya.
Hal itu semua dapat membahayakan jiwa kita, semua itu merupakan penyakit hati yang harus kita hindari. Hati yang berpenyakit seperti iri dengki munafiq dan lain sebagainya akan sulit sekali menerima kebenaran, karena hati tidak hanya menjadi tempat kebenaran, dan iman, tetapi hati juga bisa berubah menjadi tempat kejahatan dan kekufuran.
Untuk menghindari hal tersebut di atas maka kita dituntut untuk dapat memiliki sifat-sifat dalam menjaga akhlak diri sendiri, seperti Adil, Jujur, Amanah, dan Sabar.
B. Bentuk-Bentuk Akhlak Terhadap Diri Sendiri
1. Adil
A. Pengertian
Menurut bahasa, adil adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya dan tidak berat sebelah. Secara umum, adil adalah memperlakukan hak dan kewajiban dalam segala aspek kehidupan baik social, budaya, ekonomi, suku, ras, golongan di dalam lingkup keluarga maupun masyarakat secara seimbang, tidak memihak dan tidak merugikan pihak manapun.


Dalam Surat Ali Imran ayat 8 dan dalam sebuah HR. Muslim dijelaskan :
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.”(Qs. Ali Imran ayat 8)
HR.Muslim “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat adil di sisi Allah pada hari Qiamat”.(HR.Muslim).
B. Cara untuk membiasakan diri berperilaku Adil dalam kehidupan sehari-hari
a. Menyadari pentingnya keadilan dalam kehidupan manusia, baik yang menyangkut konsep keteraturan dan keseimbangan alam semesta maupun yang berkaitan langsung dengan kemasalahatan kehidupan manusia.
b. Memahami nilai-nilai positif yang terkandung dalam prinsip keadilan
c.  Berusaha mempraktikan perilaku keadilan untuk diri sendiri
d. Berusaha mempraktikan keadilan kepada orang lain

C. Contoh-Contoh Perilaku Adil
a. Bertindak bijaksana dalam memutuskan antara orang orang yang berselisih.
b. Tidak mengurangi timbangan dan takaran.
c. Bekerja secara optimal untuk mengatur berjalannya tata kelola pemerintahan yang baik, sehingga semua rakyat mendapat keadilan dan tidak dikurangi haknya.
d. Belajar secara maksimal dan sungguh-sungguh agar semua potensi yang telah diciptakan oleh Allah dalam diri kita dapat berkembang dengan baik
e. Tolong-menolong dan bekerjasama dalam kebaikan.

2. Jujur
A. Pengertian
Jujur adalah mengatakan sesuatu apa adanya. Jujur lawannya dusta. Ada pula yang berpendapat bahwa jujur itu tengah-tengah antara menyembunyikan dan terus terang. Dengan demikian, jujur berarti keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar atau jujur, tetapi kalau tidak, maka dikatakan dusta.
Kejujuran dapat mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan kepada surga. Seseorang yang biasa berlaku jujur maka ia disebut shiddiq (orang yang senantiasa jujur). Sedangkan dusta mengantarkan kepada perilaku menyimpang (dzalim) dan perilaku menyimpang mengantarkan kepada neraka. Sesungguhnya orang yang biasa berlaku dusta, maka ia akan mendapat gelas pendusta. Oleh karena itu, jujur memiliki peranan penting dalam kehidupan seseorang baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Kejujuran merupakan kunci sukses dalam segala hal termasuk dalam bekerja.
Orang yang jujur akan mendapatkan hal-hal baik, jikalaupun dikemudian seseorang yang jujur melakukan kesalahan atau kekeliruan, kejujurannya -dengan izin Allah- akan dapat menyelamatkannya. Sementara pendusta, sebiji sawipun tidak akan dipercaya. Jikapun terkadang diharapkan kejujurannya itupun tidak mendatangkan ketenangan dan kepercayaan.

B.
Bentuk-bentuk Kejujuran
a. Kejujuran lisan (Shidqu Al - Lisan)
Kejujuran lisan yaitu memberitakan sesuatu sesuai dengan realita yang terjadi, kecuali untuk kemaslahatan yang dibenarkan oleh syari’at seperti dalam kondisi perang, mendamaikan dua orang yang bersengketa atau menyenangkan istri, dan semisalnya.
b. Kejujuran niat dan kemauan (Shidqu An Niyyah Wa Al -Iradah)
Kejujuran niat dan kemauan adalah motivasi bagi setiap gerak dan langkah seseorang dalam semua kondisi adalah dalam rangka menunaikan hukum Allah Ta’ala dan ingin mencapai ridhaNya.
c. Kejujuran tekad dan amal Perbuatan
Jujur dalam tekad dan amal berarti melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan yang diridhai oleh Allah Swt.

C. Keuntungan memiliki Sifat Jujur
a. Menentramkan hati
     Rasulullah SAW bersabda: “Jujur itu merupakan ketentraman hati”.(HR.Muslim)
                                                                                                             
b. 
Membawa berkah

Rasulullah SAW bersabda yang artinya :
“Dua orang yang jual beli itu boleh pilih-pilih selama belum berpisah. Jika dua-duanya jujur dan terus terang, mereka akan diberkahi dalam jual belinya. Dan jika dua-duanya bohong dan menyembunyikan, hilanglah berkah jual beli mereka”.(HR.Bukhari.

c. Meraih kedudukan yang syahid
d. Mendapat keselamatan
e. Dipercaya orang
f. Tidak akan banyak mendapat masalah
g. Mudah untuk mendapatkan kepercayaan lagi dari berbagai kalangan

3. Amanah
A. Pengertian
Amanah adalah kata yang sering dikaitkan dengan kekuasaan dan materi. Namun sesungguhnya kata amanah tidak hanya terkait dengan urusan-urusan seperti itu. Secara syar’i, amanah bermakna: menunaikan apa-apa yang dititipkan atau dipercayakan. Itulah makna yang terkandung dalam firman Allah SWT.

Adapaun Dalil-dalil yang menjelaskan mengenai amanah adalah sebagai berikut :
a. Surat An-Nisa ayat 58

“Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menunaikan amanah-amanah kepada pemiliknya.” (QsAn-Nisa.: 58)
b. HR.Ahmad
“Ada 4 perkara yang jika semuanya ada pada dirimu maka tidak berbahaya bagimu apa yang terlepas darimu dalam dunia: Benar ketika berbicara, menjaga amanah, sempurna dalam akhlaq, menjaga diri dari meminta.” (HR Ahmad)

B. Jenis-Jenis Amanah
a. Amanah Fithrah
Yaitu amanah yang diberikan oleh Sang Pencipta SWT sejak manusia dalam rahim ibunya, bahkan jauh sejak dimasa alam azali, yaitu mengakui bahwa Allah SWT sebagai Pencipta, Pemelihara dan Pembimbing.
b. Amanah Syari’ah/Din
Yaitu untuk tunduk patuh pada aturan Allah SWT dalam memenuhi perintahnya dan menjauhi laranganya.
c. Amanah Hukum/Keadilan
Yaitu Amanah untuk menegakkan hukum  Allah SWT secara adil baik dalam kehidupan pribadi, masyarakat maupun bernegara.
d. Amanah Ekonomi
Yaitu bermu’amalah dan menegakkan sistem ekonomi yang sesuai dengan aturan syariat Islam, dan menggantikan ekonomi yang bertentangan dengan syariat serta memperbaiki kurang sesuai dengan syariat.
e. Amanah Sosial
Yaitu bergaul dengan menegakkan sistem kemasyarakatan yang Islami, jauh dari tradisi yang bertentangan dengan nilai Islam, menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar, menepati janji serta saling menasihati dalam kebenaran, kesabaran dan kasih sayang.

            4. Sabar
            A. Pengertian
Sabar secara Etimologi Sabar (Ash-shabar) berarti menahan dan mengekang (Al-Habs Wa Al-Kuf). Secara terminologis sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak di sukai karena mengharap ridha Allah.Yang tidak di sukai itu tidak selamanya terdiri dari hal-hal yang tidak di senangi seperti musibah kematian,sakit,kelaparan dan sebagainya, tapi juga nisa berupa hal-hal yang di senangi.
Sabar dalam hal ini berarti menahan dan mengekang diri dari memperturutkan hawa nafsu, dijelaskan bahwa yang di maksud sabar  ialah  menahan diri dalam menanggung suatu penderitaan, baik dalam menemukan sesuatu yan tidak di ingini ataupun dalam bentuk kehilangan sesuatu yang disenangi. Imam Al-ghazali mengatakan bahwa sabar adalah suatu kondisi mental dalam  mengendalikan nafsu yang tumbuhnya atas dorongan ajaran islam.

B. Macam-Macam Sabar
Menurut Yusuf Al-Qardhawi dalam bukunya Ash-Shabrfi Al-Qur’an,sabar dapat di bagi menjadi enam macam:
a.  Sabar menerima cobaan hidup
b.  Sabar dari Keinginan Hawa Nafsu
c.  Sabar Dalam Taat Kepada Allah SWT
d.  Sabar Dalam Berdakwah
e.  Sabar Dalam Perang
f.  Sabar Dalam Pergaulan

C. Keutamaan Sabar
Sifat sabar dalam Islam menempati posisi yang istimewa.Al-Qur’an mengaitkan sifat sabar dengan bermacam-macam sifat mulia lainnya. Antara lain di kaitkan dengan keyakinan, syukur, tawakkal, dan taqwa.mengaitkan satu sifat dengan banyak sifat mulia lainnya menunjukkan betapa istimewanya sifat itu.Karena sabar merupakan sifat mulia yang istimewa, tentu dengan sendirinya orang-orang yang sabar juga menempati posisi yang istimewa. Sifat sabar memang sangat di butuhkan sekali unyuk mencapai kesuksesan dunia dan akhirat. Seorang mahasiswa tidak akan berhasil mencapai gelar kesarjanaan tanpa sifat sabar dalam belajar.

D. Dalil-dalil Sabar dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits
a. Sabar merupakan perintah Allah SWT

"Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."( Qs.Al-Baqarah:153 )
b. Allah SWT akan mencintai orang-orang yang sabar

"Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar”.(Qs.Ali Imran:146)
c. Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar

"Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar."( Qs.AL-Anfal:46 )
d. Sabar dalam menghadapi Musibah

“Bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah atas Musibah yang menimpamu”.(HR.Bukhari)
e. Sabar dalam kerasnya kehidupan dan himpitan ekonomi

“Barang siapa yang bersabar atas kesulitan dan himpitan kehidupannya, maka aku akan menjadi saksi atau pemberi syafaat baginya pada hari kiamat “. (HR. Turmudzi)




E. Kiat Kiat Untuk Meningkatkan Kesabaran
a.  Mengkikhlaskan niat kepada Allah SWT
b.  Memperbanyak tilawah al-Qur'an
c.  Memperbanyak puasa sunnah
d.  Mujahadatun Nafs ( Menahan Diri )
e.  Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia.
f.  Perlu mengadakan latihan-latihan untuk sabar secara pribadi




BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau rohani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa. Cara untuk memelihara akhlak terhadap diri sendiri yaitu dengan memiliki sifat sabar, jujur, adil, dan amanah.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini banyak terdapat kekurangan, untuk itu saya memerlukan kritik dan saran dari teman-teman dan Bapak dosen pembimbing, agar makalah yang saya buat dapat lebih baik lagi dikemudian harinya, untuk itu pula saya ucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya dan sebesar-besarnya.
Wassalamualaikum, WR,WB.

1 komentar:

  1. Maaf sebelumnya.. Dalil tentang adil yang qs al imran ayat 8 itu salah, disitu tidak ada yang berkenaan tentang adil sedikit pun..

    BalasHapus