AKHLAK
‘’AKHLAK TERHADAP DIRI SENDIRI
( ADIL, JUJUR, AMANAH, SABAR ) ’’
BAB I ‘’AKHLAK TERHADAP DIRI SENDIRI
( ADIL, JUJUR, AMANAH, SABAR ) ’’
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah Makhluk sosial yang
saling membutuhkan satu dengan yang lainya. Agar Manusia dipandang baik oleh
Allah maka manusia harus berakhlak baik, baik kepada Allah maupun kepada sesama
Manusia.Akhlak terpuji itu seperti Sabar, Jujur, Amanah, dan Adil. Allah
Memerintahkan kepada Umatnya untuk
bersabar, bersifat jujur, bersifat Amanah dan berlaku adil dalam
menjalankan kehidupan ini. Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan utama
penciptaannya adalah untuk beribadah. Ibadah dalam pengertian secara umum yaitu
melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangannya dengan penuh
kesadaran dan keikhlasan.
Manusia diperintahkan-Nya untuk
menjaga, memelihara dan mengembangkan semua yang ada untuk kesejahteraan dan
kebahagiaan hidup. Dan Allah SWT sangat membeci manusia yang melakukan tindakan
merusak yang ada. Maka karena Allah SWT membenci tindakan yang merusak maka
orang yang cerdas akan meninggalkan perbuatan itu, dia sadar bahwa jika
melakukan per buatan terlarang akan berakibat pada kesengsaraan hidup di dunia
dan terlebih-lebih lagi di akhirat kelak, sebagai tempat hidup yang sebenarnya.
Arti akhlak secara istilah sebagai
berikut; Ibnu Miskawaih (w. 421 H/1030 M) mengatakan bahwa akhlak adalah sifat
yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sementara itu, Imam Al-Ghazali
(1015-1111 M) mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.
B. Rumusan Masalah
a. Pengertian akhlak terhadap diri
sendiri ?
b. Bentuk – Bentuk akhlak terhadap
diri sendiri ( Adil, Jujur, Amanah, Sabar ) ?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak Terhadap Diri
Sendiri
Akhlak
terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu
jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita,
dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik
atau bahkan membahayakan jiwa.
Sesuatu yang
membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis. Misalnya kita melakukan
hal-hal yang bisa membuat tubuh kita menderita. Seperti; terlalu banyak
bergadang, sehingga daya tahan tubuh berkurang, merokok, yang dapat menyebabkan
paru-paru kita rusak, mengkonsumsi obat terlarang dan minuman keras yang dapat
membahyakan jantung dan otak kita. Untuk itu kita harus bisa bersikap atau
beraklak baik terhadap tubuh kita. Selain itu sesuatu yang dapat membahayakan diri
kita itu bisa bersifat psikis. Misalkan iri, dengki , munafik dan lain
sebagainya.
Hal itu
semua dapat membahayakan jiwa kita, semua itu merupakan penyakit hati yang
harus kita hindari. Hati yang berpenyakit seperti iri dengki munafiq dan lain
sebagainya akan sulit sekali menerima kebenaran, karena hati tidak hanya
menjadi tempat kebenaran, dan iman, tetapi hati juga bisa berubah menjadi
tempat kejahatan dan kekufuran.
Untuk menghindari hal tersebut di atas maka kita dituntut untuk dapat memiliki sifat-sifat dalam menjaga akhlak diri sendiri, seperti Adil, Jujur, Amanah, dan Sabar.
Untuk menghindari hal tersebut di atas maka kita dituntut untuk dapat memiliki sifat-sifat dalam menjaga akhlak diri sendiri, seperti Adil, Jujur, Amanah, dan Sabar.
B. Bentuk-Bentuk Akhlak Terhadap
Diri Sendiri
1. Adil
A. Pengertian
A. Pengertian
Menurut
bahasa, adil adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya dan tidak berat sebelah.
Secara umum, adil adalah memperlakukan hak dan kewajiban dalam segala aspek
kehidupan baik social, budaya, ekonomi, suku, ras, golongan di dalam lingkup
keluarga maupun masyarakat secara seimbang, tidak memihak dan tidak merugikan
pihak manapun.
Dalam Surat
Ali Imran ayat 8 dan dalam sebuah HR. Muslim
dijelaskan :
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.”(Qs. Ali Imran ayat 8)
HR.Muslim “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat adil
di sisi Allah pada hari Qiamat”.(HR.Muslim).
B. Cara untuk membiasakan diri
berperilaku Adil dalam kehidupan sehari-hari
a. Menyadari pentingnya keadilan dalam kehidupan manusia,
baik yang menyangkut konsep keteraturan dan keseimbangan alam semesta maupun
yang berkaitan langsung dengan kemasalahatan kehidupan manusia.
b. Memahami nilai-nilai positif yang terkandung dalam
prinsip keadilan
c. Berusaha mempraktikan perilaku keadilan untuk diri
sendiri
d. Berusaha mempraktikan keadilan kepada orang lain
C. Contoh-Contoh Perilaku Adil
a. Bertindak
bijaksana dalam memutuskan antara orang orang yang berselisih.
b. Tidak
mengurangi timbangan dan takaran.
c. Bekerja
secara optimal untuk mengatur berjalannya tata kelola pemerintahan yang baik,
sehingga semua rakyat mendapat keadilan dan tidak dikurangi haknya.
d. Belajar
secara maksimal dan sungguh-sungguh agar semua potensi yang telah diciptakan
oleh Allah dalam diri kita dapat berkembang dengan baik
e.
Tolong-menolong dan bekerjasama dalam kebaikan.
2. Jujur
A. Pengertian
Jujur adalah mengatakan sesuatu apa adanya. Jujur lawannya dusta. Ada pula
yang berpendapat bahwa jujur itu tengah-tengah antara menyembunyikan dan terus
terang. Dengan demikian, jujur berarti keselarasan antara berita dengan
kenyataan yang ada. Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada,
maka dikatakan benar atau jujur, tetapi kalau tidak, maka dikatakan dusta.
Kejujuran dapat mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan
kepada surga. Seseorang yang biasa berlaku jujur maka ia disebut shiddiq (orang
yang senantiasa jujur). Sedangkan dusta mengantarkan kepada perilaku menyimpang
(dzalim) dan perilaku menyimpang mengantarkan kepada neraka. Sesungguhnya orang
yang biasa berlaku dusta, maka ia akan mendapat gelas pendusta. Oleh karena itu,
jujur memiliki peranan penting dalam kehidupan seseorang baik sebagai individu
maupun sebagai makhluk sosial. Kejujuran merupakan kunci sukses dalam segala
hal termasuk dalam bekerja.
Orang yang jujur akan mendapatkan hal-hal baik, jikalaupun
dikemudian seseorang yang jujur melakukan kesalahan atau kekeliruan,
kejujurannya -dengan izin Allah- akan dapat menyelamatkannya. Sementara
pendusta, sebiji sawipun tidak akan dipercaya. Jikapun terkadang diharapkan
kejujurannya itupun tidak mendatangkan ketenangan dan kepercayaan.
B. Bentuk-bentuk Kejujuran
a. Kejujuran
lisan (Shidqu Al - Lisan)
Kejujuran
lisan yaitu memberitakan sesuatu sesuai dengan realita yang terjadi, kecuali
untuk kemaslahatan yang dibenarkan oleh syari’at seperti dalam kondisi perang, mendamaikan
dua orang yang bersengketa atau menyenangkan istri, dan semisalnya.
b. Kejujuran
niat dan kemauan (Shidqu An Niyyah Wa Al -Iradah)
Kejujuran
niat dan kemauan adalah motivasi bagi setiap gerak dan langkah seseorang dalam
semua kondisi adalah dalam rangka menunaikan hukum Allah Ta’ala dan ingin
mencapai ridhaNya.
c. Kejujuran
tekad dan amal Perbuatan
Jujur dalam
tekad dan amal berarti melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan yang diridhai
oleh Allah Swt.
C. Keuntungan memiliki Sifat Jujur
a. Menentramkan hati
Rasulullah SAW bersabda: “Jujur itu merupakan ketentraman
hati”.(HR.Muslim)
b. Membawa berkah
Rasulullah SAW bersabda yang artinya :
“Dua orang yang jual beli itu boleh pilih-pilih selama belum berpisah. Jika
dua-duanya jujur dan terus terang, mereka akan diberkahi dalam jual belinya.
Dan jika dua-duanya bohong dan menyembunyikan, hilanglah berkah jual beli
mereka”.(HR.Bukhari.
c. Meraih kedudukan yang syahid
d. Mendapat keselamatan
e. Dipercaya orang
f. Tidak akan
banyak mendapat masalah
g. Mudah untuk mendapatkan kepercayaan lagi dari berbagai
kalangan
3. Amanah
A. Pengertian
A. Pengertian
Amanah
adalah kata yang sering dikaitkan dengan kekuasaan dan materi. Namun
sesungguhnya kata amanah tidak hanya terkait dengan urusan-urusan seperti itu.
Secara syar’i, amanah bermakna: menunaikan apa-apa yang dititipkan atau
dipercayakan. Itulah makna yang terkandung dalam firman Allah SWT.
Adapaun
Dalil-dalil yang menjelaskan mengenai amanah adalah sebagai berikut :
a. Surat
An-Nisa ayat 58
“Sesungguhnya Allah memerintahkan
kalian untuk menunaikan amanah-amanah kepada pemiliknya.” (QsAn-Nisa.: 58)
b. HR.Ahmad
“Ada 4 perkara yang jika semuanya
ada pada dirimu maka tidak berbahaya bagimu apa yang terlepas darimu dalam
dunia: Benar ketika berbicara, menjaga amanah, sempurna dalam akhlaq, menjaga
diri dari meminta.” (HR Ahmad)
B. Jenis-Jenis Amanah
a. Amanah
Fithrah
Yaitu amanah
yang diberikan oleh Sang Pencipta SWT sejak manusia dalam rahim ibunya, bahkan
jauh sejak dimasa alam azali, yaitu mengakui bahwa Allah SWT sebagai Pencipta,
Pemelihara dan Pembimbing.
b. Amanah
Syari’ah/Din
Yaitu untuk
tunduk patuh pada aturan Allah SWT dalam memenuhi perintahnya dan menjauhi
laranganya.
c. Amanah
Hukum/Keadilan
Yaitu Amanah
untuk menegakkan hukum Allah SWT secara adil baik dalam kehidupan
pribadi, masyarakat maupun bernegara.
d. Amanah
Ekonomi
Yaitu
bermu’amalah dan menegakkan sistem ekonomi yang sesuai dengan aturan syariat
Islam, dan menggantikan ekonomi yang bertentangan dengan syariat serta
memperbaiki kurang sesuai dengan syariat.
e. Amanah
Sosial
Yaitu
bergaul dengan menegakkan sistem kemasyarakatan yang Islami, jauh dari tradisi
yang bertentangan dengan nilai Islam, menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar,
menepati janji serta saling menasihati dalam kebenaran, kesabaran dan kasih
sayang.
4. Sabar
A. Pengertian
Sabar secara Etimologi Sabar (Ash-shabar)
berarti menahan dan mengekang (Al-Habs Wa
Al-Kuf). Secara terminologis sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu
yang tidak di sukai karena mengharap ridha Allah.Yang tidak di sukai itu tidak
selamanya terdiri dari hal-hal yang tidak di senangi seperti musibah
kematian,sakit,kelaparan dan sebagainya, tapi juga nisa berupa hal-hal yang di
senangi.
Sabar dalam hal ini berarti menahan
dan mengekang diri dari memperturutkan hawa nafsu, dijelaskan bahwa yang di
maksud sabar ialah menahan diri dalam menanggung suatu penderitaan,
baik dalam menemukan sesuatu yan tidak di ingini ataupun dalam bentuk kehilangan
sesuatu yang disenangi. Imam Al-ghazali mengatakan bahwa sabar adalah suatu
kondisi mental dalam mengendalikan nafsu
yang tumbuhnya atas dorongan ajaran islam.
B. Macam-Macam Sabar
Menurut Yusuf Al-Qardhawi dalam bukunya Ash-Shabrfi
Al-Qur’an,sabar dapat di bagi menjadi enam macam:
a. Sabar
menerima cobaan hidup
b. Sabar dari
Keinginan Hawa Nafsu
c. Sabar Dalam
Taat Kepada Allah SWT
d. Sabar Dalam
Berdakwah
e. Sabar Dalam
Perang
f. Sabar Dalam
Pergaulan
C. Keutamaan Sabar
Sifat sabar dalam Islam menempati
posisi yang istimewa.Al-Qur’an mengaitkan sifat sabar dengan bermacam-macam
sifat mulia lainnya. Antara lain di kaitkan dengan keyakinan, syukur, tawakkal,
dan taqwa.mengaitkan satu sifat dengan banyak sifat mulia lainnya menunjukkan
betapa istimewanya sifat itu.Karena sabar merupakan sifat mulia yang istimewa,
tentu dengan sendirinya orang-orang yang sabar juga menempati posisi yang
istimewa. Sifat sabar memang sangat di butuhkan sekali unyuk mencapai
kesuksesan dunia dan akhirat. Seorang mahasiswa tidak akan berhasil mencapai
gelar kesarjanaan tanpa sifat sabar dalam belajar.
D. Dalil-dalil Sabar dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits
a. Sabar
merupakan perintah Allah SWT
"Hai orang-orang yang beriman,
mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar."( Qs.Al-Baqarah:153 )
b. Allah SWT
akan mencintai orang-orang yang sabar
"Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar”.(Qs.Ali Imran:146)
c.
Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar
"Dan bersabarlah kamu, karena
sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar."( Qs.AL-Anfal:46 )
d. Sabar
dalam menghadapi Musibah
“Bertaqwalah
kepada Allah dan bersabarlah atas Musibah yang menimpamu”.(HR.Bukhari)
e. Sabar dalam
kerasnya kehidupan dan himpitan ekonomi
“Barang siapa yang bersabar atas kesulitan dan himpitan kehidupannya, maka aku akan menjadi saksi atau pemberi syafaat baginya pada hari kiamat “. (HR. Turmudzi)
E. Kiat Kiat Untuk Meningkatkan Kesabaran
a.
Mengkikhlaskan niat kepada Allah SWT
b. Memperbanyak
tilawah al-Qur'an
c. Memperbanyak
puasa sunnah
d. Mujahadatun
Nafs ( Menahan Diri )
e.
Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia.
f. Perlu
mengadakan latihan-latihan untuk sabar secara pribadi
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak
terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu
jasmani sifatnya atau rohani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita,
dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik
atau bahkan membahayakan jiwa. Cara untuk memelihara akhlak terhadap diri
sendiri yaitu dengan memiliki sifat sabar, jujur, adil, dan amanah.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini banyak terdapat kekurangan,
untuk itu saya memerlukan kritik dan saran dari teman-teman dan Bapak dosen
pembimbing, agar makalah yang saya buat dapat lebih baik lagi dikemudian
harinya, untuk itu pula saya ucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya dan
sebesar-besarnya.
Wassalamualaikum,
WR,WB.
Maaf sebelumnya.. Dalil tentang adil yang qs al imran ayat 8 itu salah, disitu tidak ada yang berkenaan tentang adil sedikit pun..
BalasHapus